Monday, February 6, 2012

Dimanakah INDONESIA?

Beberapa hari lalu, seorang kawan men-tag akun fb saya pada gambar yang dipostingnya. Gambar yang diposting ialah gambar “peta” negara-negara top 40 dalam hal jumlah publikasi paper pada jurnal internasional sepanjang tahun 2011.
Sebagai warganegara Indonesia, tentu saja yang ingin saya temukan pada gambar tersebut adalah tulisan “INDONESIA” yang sayangnya tak tampak walaupun mata saya melotot sebesar-besarnya L, kecewa pasti, tapi yang lebih terasa adalah sedihnya…..terlebih lagi setelah saya baca: Thailand, Singapore, Malaysia…..negara-negara tetangga yang jaraknya boleh dibilang hanya selangkah kaki dari Indonesia, dapat mempublikasi paper pada jurnal internasional sampai mencapai angka 5190, 8768 dan 6565 sepanjang tahun 2011.
Indonesia, jumlah penduduk Indonesia 231.641.326 (Badan Pusat Statistik Indonesia - www.bps.go.id)  jauh diatas jumlah penduduk Thailand, Singapore dan Malaysia, dan bahkan bila dibandingkan dengan total jumlah penduduk ketiga Negara tersebut, jumlah penduduk Indonesia masih jauh lebih besar. Jumlah penduduk Thailand pada 2000 sebesar 62.400.000 (National Statistical Office Thailand - http://web.nso.go.th),  jumlah penduduk Singapore 3.771.000 (resident) atau  total populasi 5.077.000 (Department of Singapore Statistic – www.singstat.gov.sg) dan jumlah penduduk Malaysia tahun 2010 ialah 27.565.821 (Jabatan Perangkaan Malaysia – www.statistic.gov.my/portal).
Perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia - dengan kualitas yang baik  dan jumlah yang tak kalah dengan ketiga negara tetangga tersebut -  juga menjadi salah satu modal utama bagi Indonesia. Bagaimana mungkin dengan sumber daya manusia yang jumlahnya jauh lebih besar dan dengan kemampuan akademis yang PASTI tidak kalah dibandingkan dengan Negara-negara lain, nama Indonesia tidak muncul dalam gambar top 40 tersebut? Kemana hasil penelitian yang dilakukan para peneliti maupun akademisi di universitas2 yang ada? Publikasi pasti sudah dilakukan, namun mungkin hanya terbatas pada jurnal lokal maupun jurnal nasional, dan masih sangat terbatas jumlah paper yang dikirim ke jurnal internasional.
Pertanyaan yang harusnya kita tujukan pada diri sendiri – kalangan akademisi (maaf, karena pertanyaan tersebut juga saya arahkan pada diri saya sendiri) -  apakah kendala utama yang menghambat kita untuk melakukan publikasi ilmiah pada skala internasional? Jawaban utama yang pasti akan muncul pada umumnya adalah :dana J, meskipun kalau kita mau jujur pada diri sendiri, bukan masalah itu yang menyebabkan kita “enggan” untuk mengirimkan karya tulisan kita ke jurnal internasional. Karena kenyataannya kalaupun tersedia dana, belum tentu kita gunakan dana tersebut untuk publikasi ilmiah. Apabila biaya yang harus dikeluarkan untuk publikasi ilmiah di jurnal internasional ialah US$50 per halaman, bila paper terdiri dari 10 halaman maka dana yang harus disediakan sebesar US$500 per paper – pengalaman pribadi. Jumlah yang tidak begitu besar bila dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh, baik untuk pribadi, untuk instansi yang kita wakili maupun untuk memberikan kontribusi terhadap kemunculan nama INDONESIA pada gambar peta di atas.
Menurut pendapat saya pribadi, belum terbentuknya budaya publikasi ilmiah internasional lah yang menjadi penyebab utama rendahnya publikasi ilmiah Indonesia di kancah internasional. Suasana yang jauh berbeda saya rasakan saat ini di kampus UKM – Malaysia, bukan hanya mahasiswa yang memang diwajibkan untuk mempublikasikan papernya di jurnal internasional sebagai salah satu syarat kelulusan untuk tingkat Master dan Doktoral, tetapi juga dosen-dosennya berlomba2 menulis paper untuk publikasi internasional. Salah seorang pembimbing saya bahkan mentarget dirinya sendiri untuk dapat mempublikasi paper di jurnal internasional sebanyak 4 paper selama 9 bulan masa cuti sabatikalnya.
Saat ini, sebagai mahasiswa di UKM – Malaysia, saya juga berkewajiban menulis paper dan mempublikasikannya di jurnal internasional, sampai tahun ke-3 masa studi saya, paper yang sudah saya tulis berjumlah 8 judul. 3 buah paper sudah dimuat di jurnal dan 3 judul paper saya presentasikan dalam konferensi internasional, jumlah ini masih kalah jauh dibandingkan kawan se-lab saya (Malaysian) yang sudah menulis 20 judul selama 3 tahun masa studinya, dengan 10 judul sudah dipublikasi dalam jurnal, dan 6 judul dipresentasikan dalam konferensi internasional. (….hehehe….padahal menurut saya, sangat banyak waktu yang saya habiskan untuk “labworking and papering” tak kalah banyaknya dengan waktu yang dihabiskan oleh kawan saya tersebut). Academic atmosphere yang terasa di kampus memang berbeda, tiap kali berpapasan dengan dosen pembimbing maupun co-pembimbing, pertanyaan yang diajukan ialah: sudah berapa paper yang kamu tulis? Bukan hanya: sampai dimana tahap penelitianmu? Itu artinya, menulis atau mempublikasikan hasil riset….sama penting atau bahkan lebih penting dibandingkan riset itu sendiri. Karena itu, publikasi menjadi target utama pada saat riset dirancang dan dilaksanakan, hal itu yang seringkali terlewat dari pusat perhatian saya saat saya melakukan penelitian di Indonesia. Karena kebanyakan penelitian saya hanya berujung pada buku laporan penelitian yang nantinya ditumpuk di lemari perpustakaan (beruntung saat ini perpustakaan ITS sudah dapat diakses online – sehingga buku hasil penelitian tidak hanya menjadi penghuni tetap rak buku yang bahkan tebal debunya bisa jadi lebih tebal daripada jumlah halaman dalam buku laporan tersebut).
Menulis paper dan kemudian berusaha mempublikasikannya, sudah harus menjadi satu kewajiban  dalam setiap pelaksanaan penelitian, sebelum akhirnya mengirimkan paper ke jurnal berskala internasional menjadi suatu budaya di kalangan peneliti dan akademisi. Toh dengan segala kemudahan teknologi saat ini, paper submission cukup dilakukan dengan ujung jari dan jaringan internet, sangat mudah dan tanpa biaya pengiriman, hanya niat dan kemauan yang diperlukan serta semangat untuk terus mencoba memperbaiki dan mengirimkan kembali paper yang rejected sampai akhirnya dapat dimuat dalam jurnal.
Semoga semangat menulis dan mempublikasi (beserta segala kesulitan dan kegagalannyaJ) yang ada saat ini, akan tetap melekat dalam diri saya nanti setelah saya kembali ke kampus tercinta ITS, untuk dapat berkontribusi memunculkan nama Indonesia  dalam gambar peta diatas, sehingga suatu saat nanti kita bisa melihat INDONESIA tanpa harus memelototkan mata.

Taman Tenaga C111 - 06022012

Ucapan terima kasih kepada: Bpk. Djoko Budiyanto – Atmajaya Jogjakarta, yang telah tag akun fb saya dengan gambar diatas.

No comments:

Post a Comment