Saturday, August 13, 2011

Pelajaran berharga untuk dibagikan pada anak didik kita......

Dari catatan seorang rekan di grup dosen indonesia (Rustam Fahmy - Faculty of Forestry Mulawarman University)......



PASSPORT by Rhenald Kasali

Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherankan, ternyata hanya sekitar 5% yang mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat, jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pe...lancong lokal.

Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki "surat ijin memasuki dunia global.". Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.

Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan, pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura, Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa dijangkau.

"Uang untuk beli tiketnya bagaimana, pak?"

Saya katakan saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.

Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga para dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-buang uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamaternya sendiri. Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan sejuta kesempatan untuk maju. Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang terbayangkan, pengetahuan, teknologi, kedewasaan, dan wisdom.

Namun beruntunglah, pertanyaan seperti itu tak pernah ada di kepala para pelancong, dan diantaranya adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok backpackers. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan super murah, menggendong ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka sebenarnya tak ada bedanya dengan remaja-remaja Minang, Banjar, atau Bugis, yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.Ini berarti tak banyak orang yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeramkan, sejauh, bahkan semewah di masa lalu.

Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko, menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampiri saya dengan menunjukkan pasportnya yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat teman-temannya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi eksekutif di sebuah perusahaan besar di luar negeri.


The Next Convergence

Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergence, penerima hadiah Nobel ekonomi Michael Spence mengatakan, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan penduduk dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan miskin-lulusan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-balik Surabaya-Hongkong.

Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak pernah keluar negeri sekalipun. Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport.Maka bagi saya, penting bagi para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis melewati perbatasan Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan jam mereka sudah mendapatkan pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu pupusnya kebangsaan karena kita kurang urus daerah perbatasan. Rumah-rumah kumuh, jalan berlubang, pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan infrastruktur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya ada di sisi seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universitas Indonesia, setiap mahasiswa saya diwajibkan memiliki pasport dan melihat minimal satu negara.

Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus Chiangmay dan menyaksikan penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung melawan arus globalisasi. Namun belakangan saya berubah pikiran, kalau diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian dan inisiatif? Maka perjalanan penuh pertanyaan pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf tulisannya jauh lebih rumit dan pronounciation-nya sulit dimengerti menjelajahi dunia tanpa rasa takut. Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah punya pasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi, jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatkan tiket, menabung, mencari losmen-losmen murah, menghubungi sponsor dan mengedarkan kotak sumbangan. Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya sendiri.

Namun harap dimaklumi, anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun kini dipasportnya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka anak-anak orang kaya yang orangtuanya mampu membelikan mereka tiket? Tentu tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing.

Anak-anak yang ditugaskan ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit. Sekembalinya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita, gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka.

Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus Tambunan atau Nazaruddin yang baru punya pasport dari uang negara.

Rhenald Kasali
Guru Besar Universitas Indonesia




*pelajaran berharga yang dapat saya ambil dari catatan tersebut ialah..... pendidikan yang mahal dan tak ternilai adalah bagaimana kita dapat membuat anak didik kita mempunyai wawasan yang luas dan kepercayaan diri yang tak terbatas hanya pada kotak kubus ruang kuliah.... semoga saya bisa menjadi salah satu pendidik yang mampu untuk memberikan itu kepada anak didik saya....amin

Sunday, June 19, 2011

Standar pendidikan, mengapa harus berbeda?

Kesibukan yang selalu menarik perhatian saya menjelang tahun pelajaran baru adalah: mengamati "kepanikan" para orang tua menunggu hasil UN dan mencari sekolah untuk anak mereka....dan karena sebagian besar kawan-kawan saya punya anak usia sekolah dasar, maka yang saya amati adalah kesibukan mencari sekolah jenjang SMP.

Semalam, ada seorang kawan yang mengirim pesan singkat kepada saya: "anakku nilai UN nya nanggung bie, 27.70, jadi bingung mau daftar kemana". Saya yang belum punya pengalaman tentang UN, tentu saja ngga paham dengan angka sebesar itu, dalam hati saya bertanya: jadi rata-ratanya berapa ya?, tapi saat itu, saya tidak sempat berpikir untuk bertanya tentang rata-rata nilainya, karena ada hal lain yang lebih menarik yang tiba-tiba terlintas di benak saya....

Kenapa orang tua harus bingung kemana mendaftarkan anaknya sekolah? bukankah sudah jelas, setelah lulus SD maka jenjang selanjutnya adalah SMP. Saya tak tahu pasti berapa banyak jumlah SD dan SMP di Surabaya, tetapi seharusnya jumlah SMP yang ada cukup untuk menampung semua anak usia sekolah yang lulus SD, bukankah pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 9 tahun bagi anak usia sekolah? Lalu kenapa harus bingung kemana akan mendaftar? kenapa tidak mendaftar di sekolah terdekat dari rumah, sehingga sang anak ngga perlu jauh-jauh berangkat dan pulang sekolah, selain mereka capek di jalan, tentunya merepotkan orang tua kalo harus mengantarkan anak mereka sekolah di tempat yang jaraknya jauh dari rumah.

Saya sangat paham, orang tua tentu ingin yang terbaik bagi anak mereka, tidak terkecuali saya tentunya, dan mungkin pada saat anak saya lulus SD, saya juga akan mengalami kepanikan yang sama seperti yang saat ini dialami oleh kawan-kawan saya.... Disitulah letak permasalahnannya, orang tua mengharapkan yang terbaik untuk anak mereka, sedangkan tidak semua sekolah mempunyai standar kualitas yang sama, akibatnya, sekolah-sekolah "favorit"lah yang jadi tujuan sebagian calon siswa (plus orang tuanya tentu saja), sedangkan di tempat lain, sekolah-sekolah pinggiran yang dianggap "ngga ngetop" jadi sepi peminat, kecuali yang nilai UN nya pas-pasan....syukur-syukur bisa masuk sekolah negeri.

Bukankah seharusnya hal ini sudah difikirkan oleh pengambil kebijakan dan pelaku pendidikan di negara kita? Menyetarakan standar pendidikan terutama pada jenjang SD dan SMP (yang sudah menjadi program wajib belajar 9 tahun) adalah hal utama, dan bukan hanya berkonsentrasi pada peningkatan standar sekolah-sekolah tertentu yang nyata-nyata sudah menyandang gelar favorit dan selalu menjadi pilihan sebagian besar calon siswa. Seandainya semua sekolah sudah mempunyai standar kualitas yang sama, tentunya tidak akan timbul pernyataan seperti diatas: "bingung mau daftar kemana" - belakangan baru saya tahu bahwa angka 27.70 adalah setara dengan rata-rata nilai > 9, nilai yang menurut saya mendekati sempurnya :) (dan sebetulnya tidak perlu bingung mau daftar kemana) - dan menurut pendapat saya pribadi, bila seorang anak sudah dinyatakan lulus (dengan nilai berapapun) sesuai dengan standar kelulusan yang ditetapkan untuk jenjang SD, seharusnya dia berhak untuk sekolah di SMP manapun, bukankah pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 9 tahun?

Wednesday, June 15, 2011

Tumbuhan bukan hanya sekedar paru-paru bumi


Manusia,adalah penghuni bumi yang mempunyai kemampuan dan naluri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan standar yang semakin meningkat seiring dengan kemajuan jaman.  Manusia pula yang memberikan kontribusi terbesar pada pencemaran di bumi dalam upayanya memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan meningkatnya kesadaran manusia akan kebutuhan terhadap lingkungan yang sehat, maka berbagai upaya dilakukan oleh manusia untuk memperbaiki kerusakan dan pencemaran yang terjadi.
Salah satu cara yang saat ini banyak digunakan ialah metode remediasi dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai media penyerap kontaminan atau yang dikenal dengan teknik fitoremediasi. Fitoremediasi berasal dari bahasa Yunani phyto yang berarti tumbuhan, digabungkan dengan bahasa Latin remedium yang berarti memperbaiki atau menghilangkan kejahatan (Erakhrumen and Agbontalor, 2007; U. S. Environmental Protection Agency, 2000). Secara umum, menurut beberapa peneliti, fitoremediasi didefinisikan sebagai teknologi yang menggunakan tumbuhan tertentu untuk membersihkan lingkungan yang tercemar dari pencemar berbahaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan (Morenoa, et. al., 2008; Prasad, 2003; Rodriguez, et. al., 2005; Liu, et. al., 2000; Bhattacharya, et. al., 2006; Hinchman, et. al., 1995; Ginneken, et. al., 2007).
Beberapa proses utama tertentu yang berperan dalam teknologi fitoremediasi (Prasad, 2003; U. S. Environmental Protection Agency, 2000) ialah fitostabilisasi dan fitoekstraksi untuk pencemar inorganik, fitotransformasi/ fitodegradasi, rizofiltrasi, dan rizodegradasi untuk pencemar organik.

Akar tumbuhan memerangkap, menstabilisasi, mendemobilisasi dan mengikat pencemar di dalam matriks tanah,  yang dapat menyebabkan penurunan bioavailability, semua ini disebut dengan proses stabilisasi. Spesies tumbuhan tertentu telah digunakan untuk mengimobilisasi pencemar di dalam tanah dan air tanah melalui absorpsi dan akumulasi dengan akar, adsorpsi ke dalam akar atau presipitasi dalam zona perakaran. Proses ini untuk pencemar organik dan pencemar logam dalam media tanah, sedimen dan lumpur. Spesies tumbuhan tertentu dapat menyerap dan menyimpan pencemar logam dan/ atau kelebihan nutrien dalam akar dan batang, dari media terkontaminasi melalui proses fitoekstraksi. Proses ini untuk logam, metaloid, radionuklida, non metal dan pencemar organik di dalam media tanah, sedimen maupun lumpur. Proses fitovolatilisasi ialah kemampuan tumbuhan untuk menyerap dan memvolatilisasi pencemar ke atmosfir. Proses ini berlangsung untuk pencemar logam di dalam media air tanah, tanah, sedimen maupun lumpur. Sedangkan proses fitotransformasi/ fitodegradasi memecah pencemar sehingga dapat diserap oleh tumbuhan melalui proses metabolisme di dalam tumbuhan, atau memecah pencemar diluar tumbuhan melalui senyawa0senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan. Proses ini digunakan pada molekul senyawa organik yang didegradasi menjadi molekul pencemar yang lebih sederhana di dalam media tanah, sedimen, lumpur dan air tanah.

Akar tumbuhan menyerap pencemar logam dan/ atau kelebihan nutrien dari media pertumbuhannya melalui proses rizofiltrasi. Adsorpsi atau presipitasi maupun absorpsi pencemar ke dalam akar tumbuhan di dalam cairan yang berada di sekitar zona perakaran. Proses ini untuk pencemar logam, kelebihan nutrien dan radionuklida di dalam media air tanah, air permukaan dan air limbah. Pemecahan pencemar di dalam tanah melalui aktivitas microbial yang meningkat dengan adanya zona perakaran disebut sebagai rizodegradasi. Proses ini memanfaatkan mikroorganisme untuk mengkonsumsi dan menghancurkan substansi organik untuk nutrisi atau energi. Substansi alami dilepaskan oleh akar tumbuhan ialah gula, alcohol, asam-asam yang mengandung karbon organic yang menyediakan makanan bagi mikroorganisme tanah dan menghasilkan massa akar yang rapat sehingga dapat menyerap air dalam jumlah besar. Proses ini berlaku untuk pencemar organik di dalam media tanah.

Dalam mekanisme fitoremediasi, terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitasnya, yaitu spesies tumbuhan yang digunakan, sifat-sifat media tercemar yang diremediasi, zona perakaran yang sesuai dengan kedalaman dan luas area tercemar, kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman dan mikroorganisme di zona perakaran, sifat-sifat kimiawi pencemar yang diolah, bioavailability logam untuk pencemaran logam berat, serta penambahan chelating agent untuk membantu proses-proses dalam mekanisme fitoremediasi.

Metode ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan metode-metode konvensional lain yang banyak digunakan sebelumnya diantaranya menarik secara estetika, kurang merusak dibandingkan dengan teknik-teknik yang biasa digunakan, efektifitas yang tinggi dalam mereduksi pencemar, biaya operasional rendah, dapat digunakan untuk pencemar dalam rentang yang luas (jenis dan konsentrasinya), dan kelebihan utamanya ialah merupakan metode yang ramah lingkungan. Namun demikian, disamping beberapa kelebihan, juga terdapat batasan-batasan dalam penggunaannya, yaitu memakan waktu yang lama karena tergantung pada karkateristik tumbuhan yang digunakan, menghasilkan biomassa tumbuhan yang mengandung pencemar dalam jumlah yang cukup potensial menyebabkan permasalahan, terbatasnya panjang dan kedalaman akar tumbuhan, sIfat-sifat kimiawi tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, tingkat pencemaran konsentrasi pencemar, umur tumbuhan serta dampak terhadap vegetasi yang tercemar (setelah digunakan dalam fitoremediasi), kondisi iklim.

Jadi jelaslah bahwa tumbuhan dapat dimanfaatkan, bukan hanya sebagai paru-paru bumi seperti yang sudah sangat dikenal selama ini, tapi seluruh bagiannyapun dapat berperan dalam meningkatkan kualitas lingkungan.


*Artikel ini dimuat di Buletin PSL Ubaya ISSN 11410-8704 no. 25/2011



Foto-foto satu jenis tumbuhan hiperakumulator Scirpus grossus
Foto-foto oleh BIEBY

Pengelolaan Air Limbah Domestik



Masih ingat lagu anak-anak yang sering dinyanyikan oleh ibu kita di pagi hari saat membangunkan kita dari tidur? ….Bangun tidur kuterus mandi….dst.

Tapi tidakkah pernah terpikirkan, kemana larinya air bekas kegiatan mandi tersebut? Hal yang sangat wajar bahwa kita tidak pernah peduli dengan apa yang sudah tidak kita perlukan lagi. Sehingga sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang tidak tahu dan bahkan tidak merasa untuk perlu tahu tentang apa yang terjadi pada air bekas pakai mereka.

Namun hal tersebut bisa jadi tidak berlaku, apabila mereka mengetahui bahwa air bersih yang mereka gunakan untuk kegiatan mandi maupun aktivitas lain sehari-hari adalah berasal dari air sungai yang menampung air bekas yang mereka buang.


Pengelolaan Limbah Domestik di Malaysia

Sejumlah 26 juta penduduk Malaysia menghasilkan sekitar 6 juta ton air limbah per tahun, dan sebagian besar dibuang ke sungai setelah melalui proses pengolahan. Sedangkan sebesar 98% suplai air bersih berasal dari air permukaan, oleh karena itu pengolahan air limbah domestik yang tepat sebelum dibuang ke badan air penerima harus dipastikan. Saat ini, pengolahan air limbah di Malaysia tumbuh seperti jamur di musim hujan, hal ini sebagai dampak positif dari kebutuhan akan pelayanan sanitasi dan lingkungan yang lebih baik. Peningkatan luar biasa dalam bidang sanitasi, dimulai dengan adanya Wawasan 2020 yang dicetuskan oleh (mantan) Perdana Menteri Mahathir Mohammad tahun 1996 pada presentasi di hadapan Malaysian Business Council, yang disebut dengan Kesatuan dan Industrialisasi Malaysia 2020. Wawasan 2020 ini menimbulkan kebijakan baru dan mendorong privatisasi sebagai suatu batu loncatan yang penting untuk strategi pembangunan nasional dan efisiensi nasional. Kebijakan ini meningkatkan kesempatan usaha bagi perusahaan pengelolaan air limbah dan sanitasi, yang diberi tanggung jawab oleh pemerintah untuk mengelola air limbah domestik (http://www.adb.org/water/actions/mal/water-treatment.asp).


Di Malaysia, sistem pengolahan primer seperti tangki septik komunal maupun tangki imhoff dan sistem pengolahan sekunder biaya rendah seperti kolam oksidasi masih banyak digunakan untuk pengolahan air limbah domestik, selain itu tangki septik individual banyak dipakai di daerah permukiman secara luas. Namun pengolahan dengan menggunakan sistem ini masih menghasilkan efluen yang tinggi konsentrasi bahan organiknya, sehingga dapat membahayakan kesehatan dan menyebabkan permasalahan lingkungan. Oleh karena itu, dilakukan perencanaan dan pelaksanaan  fasilitas pengelolaan air limbah domestik secara regional untuk mengurangi jumlah pengolahan air limbah domestik dengan konsep multipoint, pada akhirnya jaringan perpipaan akan dipasang di daerah permukiman untuk mengalirkan air buangan dari tangki septik individual ke fasilitas pengolahan sekunder yang lebih modern. Pengelolaan fasilitas pengolahan air limbah domestik secara regional dilakukan oleh Indah Water Konsortium Sdn. Bhd. (IWK) sebagai perusahaan yang bertanggung jawab. Selain sebagai perusahaan pengelola air limbah domestik, perusahaan ini juga mempunyai tanggung jawab untuk memberikan rekomendasi maupun meluluskan suatu rencana pengelolaan dan pengolahan limbah domestik yang diajukan oleh pengembang kawasan perumahan, sehingga sesuai dengan standar yang berlaku.

Indah Water Konsortium Sdn. Bhd. (IWK) telah mengemban tugas sebagai pengelola air limbah di Malaysia sejak tahun 1994 dan telah menjadikan Negara ini sebagai salah satu pengelola air limbah domestik paling efektif di dunia berkembang. Sistem pengolahannya telah mencapai 8.000 unit pengolahan air limbah domestik umum, 500 stasiun jaringan pemompaan, 14.500 km jaringan perpipaan bawah tanah dan menghubungkan 500 ribu tangki septik individual (rumah tangga) ke saluran air limbah kota  (http://www.adb.org/water/actions/mal/water-treatment.asp).
Setiap 2 tahun sekali atas dasar aturan pemerintah, dilakukan pengurasan lumpur pada tangki septik individual yang terpasang di rumah-rumah penduduk. Lumpur akan dikuras secara terjadual dan akan dibawa ke pusat-pusat pengolahan limbah kota yang dikelola oleh Indah Water Konsortium Sdn. Bhd. (IWK). (Bernama, 04 Mei 2009).

Proses pengolahan biologis dengan bantuan instrumen mekanik masih menjadi pilihan utama karena alasan biaya operasional dan pemeliharaan yang rendah, serta pengoperasian yang mudah, jenis pengolahan ini meliputi activated sludge, aerated lagoon, rotating biological contactor, trickling filter. Tabel berikut menunjukkan jumlah dari masing jenis pengolahan limbah yang ada di Malaysia.

Biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat dalam rangka penyaluran air limbahnya sangat rendah, karena sebagian disubsidi oleh pemerintah. Masyarakat hanya membayar 85% dari biaya yang dikeluarkan, bagi perumahan di kawasan kampung biaya yang harus dibayar oleh pengguna adalah RM3 per bulan, sedangkan di perumahan RM2 per bulan. Sedangkan untuk tangki septik individu, dikenakan tarif RM6 per bulan, dan untuk tangki septik terpusat tarif yang dikenakan adalah RM8 per bulan.  (http://www.iwk.com.my/news-clipping-060905afull.htm).

Saat ini, mulai digalakkan untuk “zero effluent” dengan melalui program 3 R (reduce, reuse, recycle). Air limbah yang masuk ke pengolahan akan keluar sebagai efluen yang terolah, bio solid dan bio gas. Dengan menggunakan teknologi modern, efluen cair dan bio solid akan dapat digunakan sebagai pupuk, sedangkan bio gas dapat dimanfaatkan untuk energy listrik bagi konsumen domestic.

Untuk memastikan kualitas air buangan yang masuk ke badan air penerima dan untuk memastikan bahwa pengolahan air limbah beroperasi dengan benar, efluen dari pengolahan diperiksa secara regular. Selain itu juga diberlakukan standar efluen untuk kualitas air limbah yang akan dibuang dari pengolahan air ke badan air penerima, sehingga konsentrasi setiap kontaminan tidak melebihi batas yang diperbolehkan. Parameter utama yang diperiksa adalah biochemical oxygen demand (BOD5) dan total suspended solid (TSS). Nilai BOD5 yang tinggi menunjukkan tingginya konsumsi oksigen terlarut dalam air  sehingga dapat menyebabkan matinya mahluk hidup di dalam air. Sedangkan konsentrasi SS yang tinggi dapat menyebabkan pengendapan lumpur dalam aliran air dan menurunkan kualitas lingkungan. Tabel berikut menampilkan parameter untuk standar efluen air limbah domestik beserta nilai maksimum yang diperbolehkan. Standar A digunakan apabila efluen dibuang di bagian hulu sungai yang dekat dengan lokasi intake air bersih, sedangkan standa B digunakan apabila efluen dibuang di bagian hilir sungai. Standar ini disusun oleh Environmental Quality Act 1974.




Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Malaysia
Foto-foto oleh BIEBY


Seperti halnya di Malaysia, kebutuhan akan sanitasi juga sudah menjadi issue penting di Indonesia. Sebagai contoh, di beberapa kota besar di Indonesia, pengolahan limbah domestik secara terpadu juga sudah mulai umum dijumpai terutama di daerah permukiman baru maupun di hotel-hotel berbintang, bahkan di Kota Denpasar sudah dibangun sarana penyaluran dan pengolahan air limbah domestik kota, meskipun belum dioperasikan secara maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik juga semakin meningkat dan menjadi perhatian penting bagi pemerintah.


Pengelolaan Limbah Domestik di Surabaya

Kota Surabaya, dengan jumlah penduduk 2,7 juta jiwa (Ir. Chamida, MT., AUICK First 2007 Workshop, City Report: Surabaya, 2007), pengelolaan limbah padat (tinja) domestik masih dilakukan secara lokal menggunakan tangki septik dan sumur resapan sebagai penampung fase cairnya. Tangki septik ini bila sudah penuh harus dikuras/ disedot dan dibuang ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di daerah Keputih yang dikelola oleh UPTD Kebersihan dan Pertamanan. Namun masih banyak pula tangki septik yang tidak dilengkapi dengan sumur resapan, sehingga air dari tangki septik dibuang langsung ke sungai atau sistem drainase kota. Sedangkan air limbah yang berasal dari aktivitas mandi dan cuci maupun kegiatan domestik lain, secara umum langsung dibuang ke sungai maupun sistem drainase. Sehingga dapat dipastikan, air limbah domestik ini sangat berpotensi untuk memberikan kontribusi pencemaran sungai. Hal ini tentunya menjadi penting untuk dipikirkan, mengingat sungai masih menjadi sumber utama dari penyediaan air minum kota (Sumber: AUICK First 2007 Workshop, City Report: Surabaya, 2007). Selain itu, pengguna utama penyediaan air minum kota adalah penduduk atau rumah tangga, sehingga mereka jugalah yang akan merasakan dampak dari menurunnya kualitas air bersih akibat tingginya beban pencemaran sungai sebagai sumber pengambilan bahan baku pengolahan air (Sumber: AUICK First 2007 Workshop, City Report: Surabaya, 2007).


Kota Surabaya, sudah mempunyai rencana ke depan untuk pengelolaan limbah domestik ini, yaitu dengan tetap memanfaatkan tangki septik sebagai penampung dan pengolah limbah, kemudian efluennya akan dialirkan ke (IPAL/ IPLT/ Septage/ Night soil treatment plant). Selain itu, kebijakan-kebijakan pemerintah yang diberlakukan juga ditujukan untuk peningkatan pengelolaan air limbah domestik di masa yang akan datang. (AUICK First 2007 Workshop, City Report: Surabaya, 2007).

Namun tentunya bukan hal yang mudah untuk dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah dari aktivitas rumah tangga yang mereka hasilkan. Perlu waktu yang panjang dan usaha keras dari pemerintah maupun organisasi-organisasi lingkungan untuk mengubah paradigma yang berkembang di masyarakat, bahwa bukan hanya limbah industri, tetapi limbah domestik juga merupakan kontributor bagi pencemaran air sungai yang menjadi sumber dari air bersih mereka. 



*Artikel ini dimuat di Buletin PSL Ubaya ISSN 1410-8704 no. 22/ 2009

Monday, June 13, 2011

Helloween 2010

Salah satu konsekuensi menyekolahkan anak-anak di sekolah dengan label "nasional ++" ialah harus siap dengan kegiatan/ perayaan yang "tidak lazim" diadakan di sekolah-sekolah dasar pada umumnya. Kali ini ceritanya  ialah mengenai perayaan Helloween 2010, bukan cerita tentang "pesta"nya tapi "kepanikan" menjelang hari H.
Sebetulnya kami sendiri ngga mudheng dengan perayaan Helloween dan juga tidak pernah berusaha mencari tahu apa maknanya. Bagi kami kesibukan menjelang perayaan Helloween ialah mencari  "kostum seram" untuk anak-anak. Tentu saja karena perayaan ini tidak lazim di Indonesia, khususnya di Surabaya, maka kami kesulitan untuk mencari tempat persewaan maupun penjualan kostum tersebut. Dan seperti biasanya, usaha pencarian kostum tidak dilakukan dengan serius sampai benar-benar mendekati hari H. Ide yang muncul tentu yang paling gampang, pake kostum pocongan aja :) cuma perlu beli kain putih hehe..tapi ide ini ditolak oleh calon customer kami - Io -, ide berikut yang muncul adalah tokoh "Hulk" yang cuma berkostum celana pendek dengan badan dilumuri warna hijau :), lagi-lagi ide ini ditolak mentah-mentah. Karena terbatas waktu, muncul ide untuk browsing image tokoh "vampire", yang ternyata hasilnya cukup membuat Io - dan ibunya juga tentu - jadi bersemangat. Berbagai macam versi image vampire yang kami dapatkan dari hasil googling, namun secara umum kostum tersebut mudah dibuat sendiri tanpa harus repot cari sewaan atau cari toko penjual kostum Helloween. Cukup celana panjang hitam, kemeja putih atau hitam atau merah, lengkap dengan jubah panjang warna hitam dan merah.
Celana panjang dan kemeja tentu mudah didapat, yang agak ribet  adalah jubah panjang sang vampire, karena tentu tidak ada di toko-toko pakaian...., tapi tidak sulit juga direka-reka sendiri, meskipun ibu si calon vampire tidak punya keahlian jahit menjahit sama sekali :D
Jubah panjang warna hitam dan merah, terbuat dari 2 lembar kain satin warna hitam dan merah yang di-neci di keempat sisinya, plus pita merah di bagian leher (krah), siap dalam waktu lebih kurang satu jam saja di tukang obras :). Jadilah kostum vampire untuk Io, dan tak disangka-sangka berhasil mendapat predikat 3rd winner Best Costume, [sedangkan the 1st winner dimenangkan oleh "pocongan" :))].

Seringkali keterbatasan menimbulkan ide kreatif yang tidak pernah terpikirkan bila semua yang kita perlukan sudah tersedia.


Foto-foto oleh BIEBY

Cita-cita Io


Semua orang tua pasti ingin anaknya kelak jadi orang sukses, meskipun ukuran “sukses” berbeda untuk masing2 orang. Dan pertanyaan yang hampir pasti selalu muncul dalam percakapan orang tua dengan anak mereka adalah: kelak kamu ingin jadi apa? tentu dalam berbagai versi kalimat.  Jawaban yang munculpun seringkali akan berbeda dalam setiap kesempatan. Satu jawaban dari io yang sangat menyentuh perasaanku dan berkesan sampai saat ini, adalah saat io berumur ±4 tahun. Saat itu kami mengantarkan Jati - yang masih bayi - vaksinasi, dan pada saat antre menunggu giliran, terjadilah komunikasi di bawah ini:

Ibu: besok io kalo gedhe, jadi dokter aja ya (hihihi refleksi keinginan bundanya yang gak tercapai)
Io: enggak ah, aku gak mau jadi dokter
Ibu: enak lo jadi dokter, kayak pakde Agus (sebutan dr. Agus – spesialis anak, yang menjadi langganan kami), rumahnya besar, mobilnya bagus…
Io: emoh…
Ibu: lah jadi apa? Jadi insinyur aja ya….(kayak ibu doooong)
Io: enggak, gak mau
Ibu: jadi guru ta…
Io: enggak
Ibu: io maunya jadi apa sayang?
Io: besok kalo besar aku mau tetep jadi anak ibu…kayak sekarang ini….
Ibu: (specchless)

Jawaban yang benar-benar tak terbayangkan akan muncul dari jagoan cilikku…. terharu dan bahagia mendengar jawabannya, membuatku tak dapat berkata2…terharu, karena tak pernah menyangka jawaban jujur dan spontan io adalah “tetep jadi anak ibu” yang kuartikan sebagai tanda bahwa io bahagia jadi anak ibu dan ingin selamanya seperti itu….semoga.

Sunday, June 5, 2011

lunch @ Israa's house :)


salah satu acara yang sering kami tunggu adalah: diundang makan (siang atau malem ga masalah), karena itu berarti menu makanan beda dengan yang sehari-hari ada di kantin :D....dan kali ini undangan makan siang datang dari temen satu lab yang berasal dari IRAQ....Israa' Al-Baldawi,

waktu dan tempat: Minggu, 18 Desember 2010, Mines Resort Condominium


karena undangannya makan siang, kami bertiga (saya, Ipung dan Harmin) sengaja dateng mendekati jam makan siang...., ternyata sampai di sana, ritual maksi dimulai dengan minum kopi arabica - kopi hitam tanpa gula :(( pahit bangeeeet... - dan minumnya harus sampai habis tak bersisa, karena biasanya setelah kopi diminum, cangkir dibalik untuk bisa "dibaca" ampas kopinya. kopi tanpa gula tadi diminum sambil makan permen coklat yang memang tersedia (ooooh pantesan kopinya ga pake ditambah gula....).


makan siang baru dimulai setelah ritual minum kopi selesai (sepertinya sekalian nunggu nasi mateng :p), makanan yang dimasak sendiri oleh Israa’ cukup banyak macamnya, sayangnya saya ga inget satu persatu semua nama makanannya karena terlalu susah didengar apalagi diucapkan oleh lidah saya yang “jawa banget”…yang sempat saya catet cuma satu: makanan penutupnya yaitu Kema-~Halawad Halim (sweet of milk) hehe itupun kalo ga salah denger.


yang khas dari masakan Iraq ini, semua ditaburi cengkeh dan meskipun semua makanan terasa “agak aneh” dilidah, tapi lumayanlah…masih bisa ditelan :p…yang istimewa adalah…masakan yang kami makan siang itu adalah masakan asli Iraq, karena dimasak sendiri oleh Iraqi dan bumbunya dibawa dari Iraq *kapan lagiiii ngincipi makanan Iraq….














Foto-g\foto oleh BIEBY, HARMIN, ISRAA'


housemates on trip - Malacca, the world heritage city

the more we are together together together...the more we are together the happier will be....*belajar lagu ini waktu masih kecil - di tempat les inggris, ga tau siapa yang nyanyi...tapi syairnya bener banget..."the more we are together the happier will be"...

thanks to Ipung, Venny and Desy....the best housemates i have ever had (soalnya sebelumnya ga punya pengalaman kos hehehe jadi ya ga pernah punya housemates selain kalian)...

empat cewek jagoan, melancong ke Malacca :) bawa mobil sendiri, hujan deres, ga tau jalan....ngebut pula..... :)) seru, apalagi kalo inget harus nyasar2 ga bisa balik ke hotel....kata kunci kita cuma satu: KAMPUNG MORTEN....senengnyaaaa punya kalian.....love you all...*kangen pengen pergi berempat lagi...

Malacca, January 29-30, 2011




Foto-foto oleh BIEBY, DESY, IPUNG dan VENNY

bidang keahlian....sesuaikah dengan kebutuhan?

Pada saat memutuskan untuk melanjutkan sekolah, satu hal yang menjadi pemikiran saya adalah....bidang apa sih yang harus saya pilih jadi keahlian saya?



Bila merunut "jejak" akademis saya, S1 saya selesaikan dengan tugas akhir pengolahan air limbah sekaligus uji ekotoksisitasnya - dengan latar belakang cerita yang cukup panjang sehingga mengharuskan kami (ber4 saat itu) membuat tugas akhir dengan dua topik sekaligus :). Melanjutkan S2 dengan penelitian mengenai pengolahan lumpur alum dari proses pengolahan air minum, juga tanpa rencana, karena penelitian dilakukan di Taiwan dengan biaya dari universitas sponsor disana, sehingga topik penelitian juga menyesuaikan dengan proyek penelitian yang sedang berlangsung saat itu. Saat menyusun proposal untuk penelitian S3, saya putuskan untuk tetap di jalur yang kotor alias masih berurusan dengan pengolahan limbah, dan dengan berbagai pertimbangan, saya tidak memilih pengolahan biologis yang menurut perhitungan saya akan memakan waktu cukup lama. Tetapi, seperti yang terjadi sebelumnya, lagi-lagi topik penelitian saya harus menyesuaikan dengan proyek penelitian yang sedang berlangsung di universitas tempat saya melakukan penelitian. Saya dan juga kedua kawan seperjuangan saya dari jurusan yang sama, tidak dapat "memilih" penelitian sesuai dengan apa yang kami rencanakan, hal ini  dibatasi oleh masalah klasik "dana" yang tidak disediakan oleh pemberi beasiswa, sehingga kami memang harus mengikuti proyek penelitian yang ada, bila tak mau atau tak mampu membiayai penelitian kami.




Foto-foto oleh BIEBY


 Everything happens for a reason, apapun alasannya, penelitian tetap kami lakukan, dengan usaha yang lebih keras tentu karena kami harus belajar dari nol mengenai topik penelitian ini, dan sebenarnya bukan itu yang menjadi permasalahan utama. Seringkali terpikir, bukankah kami ditugaskan belajar, adalah untuk meningkatkan kompetensi kami sesuai dengan visi dan misi institusi tempat kami mengabdi....lah apabila semua yang ditugaskan belajar, harus menyesuaikan bidang keahlian mereka dengan proyek penelitian dari penyandang dana, bagaimana institusi pendidikan di Indonesia dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan, visi dan misi yang direncanakan?

untuk apa sekolah lagi? ....lagi-lagi sekolah :)

Pertanyaan itu sering muncul tiba2 dalam benak saya....
Jawaban yang paling tepat tentu untuk meningkatkan kompetensi, selain itu sesuai dengan kebutuhan institusi pendidikan, tempat saya mengabdikan diri...tapi itu adalah jawaban "ideal" dan sangat normatif.

Dalam sebuah perbincangan dengan seorang kawan, muncul jawaban: sekedar untuk menggugurkan kewajiban....

Meskipun dengan nada guyon dan dalam perbincangan santai, jawaban tersebut ternyata benar-benar jawaban serius yang sangat saya setujui dan benar juga…sejujurnya itulah jawaban saya (dan mungkin banyak kawan-kawan seprofesi) yang tidak bisa tidak, harus mengakui bahwa itulah jawaban yang paling jujur..

Profesi di bidang pendidikan, “menuntut” kami semua untuk terus meningkatkan kompetensi, dan tentunya salah satunya adalah dengan meraih gelar tertinggi di bidang akademik – sekolah sampai ke jenjang S3 atau tingkat doktoral. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, itulah yang harus dihadapi dan harus dilalui…meskipun banyak juga yang memilih jalan lain untuk meningkatkan kompetensi…dengan segala konsekuensinya…

Pertanyaannya ialah, mengapa masih banyak yang “tidak memilih” untuk sekolah lagi, meskipun sebagian besar memilih profesi ini atas kemauan sendiri dan sudah pasti seharusnya sadar akan kewajiban yang harus ditanggung (sekolah sampai tuntas).

Jawaban yang sangat sederhana: alasan materi, menjadi yang utama (meskipun masalah materi bukan masalah yang sangat sederhana) - mengutip kalimat seorang kawan - "budhal mlarat mulih tambah mlarat", ketakutan2 seperti itulah yang menyebabkan kebanyakan dari kami "ngerem mendadak" kalau ditugaskan untuk sekolah :)

Meskipun saat ini pemerintah juga sudah menyediakan "dana pendidikan" bagi profesi "pendidik", tetapi masalah lain juga tetap ada, yaitu harus meninggalkan keluarga dikarenakan dana yang tersedia hanya mencukupi kebutuhan satu orang saja.... Dapat dibayangkan, betapa beratnya bila seorang kepala keluarga harus meninggalkan keluarganya dalam kondisi keuangan yang "serba cukup-cukup aja" untuk berjuang mendapatkan gelar S3 di luar negeri...beban sekolah dan beban hidup tentu bukan trigger yang baik untuk memacu semangat :)

Pilihan yang jadi favorit pada akhirnya ialah, sekolah di dalam negeri bahkan lebih baik lagi kalau di dalam kota....win win solution yang menyenangkan semua pihak. Meskipun mungkin tujuan "meningkatkan kompetensi" tetap dapat terpenuhi, tapi tentunya banyak kesempatan lain yang terlewatkan, setidaknya kesempatan untuk mendapatkan pengalaman "di negeri orang" tidak diperoleh.

Apapun alasan dan pilihan yang diambil, menurut saya pribadi, sekolah lagi (lagi-lagi sekolah :)) sampai jenjang tertinggi, merupakan bentuk tanggung jawab seseorang yang sudah memilih untuk berprofesi di bidang pendidikan, dengan segala konsekuensi yang harus ditanggung....tanpa menafikan keberadaan rekan2 seprofesi yang memilih jalan lain sebagai bentuk tanggung jawabnya....




Foto oleh IPUNG F. PURWANTI


a decade with U



Catatan di bawah ini dibuat setahun lalu dan belum sempat diposting karena keinginan untuk bikin blog sempat "lenyap" :) , rasanya sayang kalau dibiarkan lewat dan tidak terbaca.....happy anniversary, happily ever after...."a decade with U"



Foto-foto oleh SANTOSA


Sunday, May 30, 2010

Two steps behind…(by Def Leppard)

This song remind me to our amazing time when I was young (even now, the time we get together is always meaning for me). The lyrics of this song (especially the reff.) definitely describe what you have done to me …you always step behind me…
Since the time we were being together ‘till nowadays, that’s the most precious thing that you have been giving to me and I completely realize that I am nothing without U. I do love you as always…happy anniversary..happily ever..

Taman Tenaga C 119 – 02.55pm

Cahaya Hati (ku)

Seringkali sebagai orang tua kita merasa harus "mengajari" anak....tanpa pernah menyadari bahwa ternyata kita belajar banyak dari anak-anak kita...


Io -  Jati - Miko....dari merekalah aku belajar banyak hal dalam hidup dan kehidupan...dari Io aku belajar menjadi lebih sabar dan dewasa, dari Jati aku belajar untuk banyak mengalah tapi tetap dapat bertahan dan mempertahankan "harga diri", dan dari Miko si kecil, aku belajar untuk selalu kuat...menghadapi apapun dalam hidup....- merekalah cahaya hatiku...


Foto-foto oleh DIMAS BIMO ARIO DEWANTORO


the truly ME


Keinginan untuk membuat blog yang sempat terlupakan beberapa tahun - dan bahkan blog ini sudah dibiarkan kosong selama setahun sejak dibuat pertama kali pada Mei 2010 - kembali muncul setelah membaca blog milik seorang kawan......

Catatan-catatan bagian perjalanan hidup yang sangat berharga untuk dilewatkan dan dilupakan, setidaknya bagi diri sendiri, dapat digunakan sebagai pelajaran berharga untuk menjadi lebih baik atau sekedar dinikmati sebagai kenangan indah.....tanpa sedikitpun bermaksud untuk dipamerkan...

Tulisan seringkali menjadi lebih bermakna dibandingkan hal lain yang dapat kita berikan, karena melalui tulisan kita bisa menuangkan apa yang ada dalam hati dan pikiran kita, berbagi mengenai apa yang pernah kita alami dan rasakan, dan bahkan berbicara mengenai apapun yang ingin kita capai dalam sepenggal perjalanan hidup, yang kadang-kadang terasa mustahil untuk dapat diraih..

Seringkali tulisan dapat lebih jujur menggambarkan siapa diri kita sebenarnya, dan semoga tulisan yang nantinya akan ditampilkan dalam blog ini, bisa menunjukkan "the truly ME" dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain yang membaca...



Foto-foto oleh SANTOSA