Wednesday, June 15, 2011

Pengelolaan Air Limbah Domestik



Masih ingat lagu anak-anak yang sering dinyanyikan oleh ibu kita di pagi hari saat membangunkan kita dari tidur? ….Bangun tidur kuterus mandi….dst.

Tapi tidakkah pernah terpikirkan, kemana larinya air bekas kegiatan mandi tersebut? Hal yang sangat wajar bahwa kita tidak pernah peduli dengan apa yang sudah tidak kita perlukan lagi. Sehingga sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang tidak tahu dan bahkan tidak merasa untuk perlu tahu tentang apa yang terjadi pada air bekas pakai mereka.

Namun hal tersebut bisa jadi tidak berlaku, apabila mereka mengetahui bahwa air bersih yang mereka gunakan untuk kegiatan mandi maupun aktivitas lain sehari-hari adalah berasal dari air sungai yang menampung air bekas yang mereka buang.


Pengelolaan Limbah Domestik di Malaysia

Sejumlah 26 juta penduduk Malaysia menghasilkan sekitar 6 juta ton air limbah per tahun, dan sebagian besar dibuang ke sungai setelah melalui proses pengolahan. Sedangkan sebesar 98% suplai air bersih berasal dari air permukaan, oleh karena itu pengolahan air limbah domestik yang tepat sebelum dibuang ke badan air penerima harus dipastikan. Saat ini, pengolahan air limbah di Malaysia tumbuh seperti jamur di musim hujan, hal ini sebagai dampak positif dari kebutuhan akan pelayanan sanitasi dan lingkungan yang lebih baik. Peningkatan luar biasa dalam bidang sanitasi, dimulai dengan adanya Wawasan 2020 yang dicetuskan oleh (mantan) Perdana Menteri Mahathir Mohammad tahun 1996 pada presentasi di hadapan Malaysian Business Council, yang disebut dengan Kesatuan dan Industrialisasi Malaysia 2020. Wawasan 2020 ini menimbulkan kebijakan baru dan mendorong privatisasi sebagai suatu batu loncatan yang penting untuk strategi pembangunan nasional dan efisiensi nasional. Kebijakan ini meningkatkan kesempatan usaha bagi perusahaan pengelolaan air limbah dan sanitasi, yang diberi tanggung jawab oleh pemerintah untuk mengelola air limbah domestik (http://www.adb.org/water/actions/mal/water-treatment.asp).


Di Malaysia, sistem pengolahan primer seperti tangki septik komunal maupun tangki imhoff dan sistem pengolahan sekunder biaya rendah seperti kolam oksidasi masih banyak digunakan untuk pengolahan air limbah domestik, selain itu tangki septik individual banyak dipakai di daerah permukiman secara luas. Namun pengolahan dengan menggunakan sistem ini masih menghasilkan efluen yang tinggi konsentrasi bahan organiknya, sehingga dapat membahayakan kesehatan dan menyebabkan permasalahan lingkungan. Oleh karena itu, dilakukan perencanaan dan pelaksanaan  fasilitas pengelolaan air limbah domestik secara regional untuk mengurangi jumlah pengolahan air limbah domestik dengan konsep multipoint, pada akhirnya jaringan perpipaan akan dipasang di daerah permukiman untuk mengalirkan air buangan dari tangki septik individual ke fasilitas pengolahan sekunder yang lebih modern. Pengelolaan fasilitas pengolahan air limbah domestik secara regional dilakukan oleh Indah Water Konsortium Sdn. Bhd. (IWK) sebagai perusahaan yang bertanggung jawab. Selain sebagai perusahaan pengelola air limbah domestik, perusahaan ini juga mempunyai tanggung jawab untuk memberikan rekomendasi maupun meluluskan suatu rencana pengelolaan dan pengolahan limbah domestik yang diajukan oleh pengembang kawasan perumahan, sehingga sesuai dengan standar yang berlaku.

Indah Water Konsortium Sdn. Bhd. (IWK) telah mengemban tugas sebagai pengelola air limbah di Malaysia sejak tahun 1994 dan telah menjadikan Negara ini sebagai salah satu pengelola air limbah domestik paling efektif di dunia berkembang. Sistem pengolahannya telah mencapai 8.000 unit pengolahan air limbah domestik umum, 500 stasiun jaringan pemompaan, 14.500 km jaringan perpipaan bawah tanah dan menghubungkan 500 ribu tangki septik individual (rumah tangga) ke saluran air limbah kota  (http://www.adb.org/water/actions/mal/water-treatment.asp).
Setiap 2 tahun sekali atas dasar aturan pemerintah, dilakukan pengurasan lumpur pada tangki septik individual yang terpasang di rumah-rumah penduduk. Lumpur akan dikuras secara terjadual dan akan dibawa ke pusat-pusat pengolahan limbah kota yang dikelola oleh Indah Water Konsortium Sdn. Bhd. (IWK). (Bernama, 04 Mei 2009).

Proses pengolahan biologis dengan bantuan instrumen mekanik masih menjadi pilihan utama karena alasan biaya operasional dan pemeliharaan yang rendah, serta pengoperasian yang mudah, jenis pengolahan ini meliputi activated sludge, aerated lagoon, rotating biological contactor, trickling filter. Tabel berikut menunjukkan jumlah dari masing jenis pengolahan limbah yang ada di Malaysia.

Biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat dalam rangka penyaluran air limbahnya sangat rendah, karena sebagian disubsidi oleh pemerintah. Masyarakat hanya membayar 85% dari biaya yang dikeluarkan, bagi perumahan di kawasan kampung biaya yang harus dibayar oleh pengguna adalah RM3 per bulan, sedangkan di perumahan RM2 per bulan. Sedangkan untuk tangki septik individu, dikenakan tarif RM6 per bulan, dan untuk tangki septik terpusat tarif yang dikenakan adalah RM8 per bulan.  (http://www.iwk.com.my/news-clipping-060905afull.htm).

Saat ini, mulai digalakkan untuk “zero effluent” dengan melalui program 3 R (reduce, reuse, recycle). Air limbah yang masuk ke pengolahan akan keluar sebagai efluen yang terolah, bio solid dan bio gas. Dengan menggunakan teknologi modern, efluen cair dan bio solid akan dapat digunakan sebagai pupuk, sedangkan bio gas dapat dimanfaatkan untuk energy listrik bagi konsumen domestic.

Untuk memastikan kualitas air buangan yang masuk ke badan air penerima dan untuk memastikan bahwa pengolahan air limbah beroperasi dengan benar, efluen dari pengolahan diperiksa secara regular. Selain itu juga diberlakukan standar efluen untuk kualitas air limbah yang akan dibuang dari pengolahan air ke badan air penerima, sehingga konsentrasi setiap kontaminan tidak melebihi batas yang diperbolehkan. Parameter utama yang diperiksa adalah biochemical oxygen demand (BOD5) dan total suspended solid (TSS). Nilai BOD5 yang tinggi menunjukkan tingginya konsumsi oksigen terlarut dalam air  sehingga dapat menyebabkan matinya mahluk hidup di dalam air. Sedangkan konsentrasi SS yang tinggi dapat menyebabkan pengendapan lumpur dalam aliran air dan menurunkan kualitas lingkungan. Tabel berikut menampilkan parameter untuk standar efluen air limbah domestik beserta nilai maksimum yang diperbolehkan. Standar A digunakan apabila efluen dibuang di bagian hulu sungai yang dekat dengan lokasi intake air bersih, sedangkan standa B digunakan apabila efluen dibuang di bagian hilir sungai. Standar ini disusun oleh Environmental Quality Act 1974.




Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Malaysia
Foto-foto oleh BIEBY


Seperti halnya di Malaysia, kebutuhan akan sanitasi juga sudah menjadi issue penting di Indonesia. Sebagai contoh, di beberapa kota besar di Indonesia, pengolahan limbah domestik secara terpadu juga sudah mulai umum dijumpai terutama di daerah permukiman baru maupun di hotel-hotel berbintang, bahkan di Kota Denpasar sudah dibangun sarana penyaluran dan pengolahan air limbah domestik kota, meskipun belum dioperasikan secara maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik juga semakin meningkat dan menjadi perhatian penting bagi pemerintah.


Pengelolaan Limbah Domestik di Surabaya

Kota Surabaya, dengan jumlah penduduk 2,7 juta jiwa (Ir. Chamida, MT., AUICK First 2007 Workshop, City Report: Surabaya, 2007), pengelolaan limbah padat (tinja) domestik masih dilakukan secara lokal menggunakan tangki septik dan sumur resapan sebagai penampung fase cairnya. Tangki septik ini bila sudah penuh harus dikuras/ disedot dan dibuang ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di daerah Keputih yang dikelola oleh UPTD Kebersihan dan Pertamanan. Namun masih banyak pula tangki septik yang tidak dilengkapi dengan sumur resapan, sehingga air dari tangki septik dibuang langsung ke sungai atau sistem drainase kota. Sedangkan air limbah yang berasal dari aktivitas mandi dan cuci maupun kegiatan domestik lain, secara umum langsung dibuang ke sungai maupun sistem drainase. Sehingga dapat dipastikan, air limbah domestik ini sangat berpotensi untuk memberikan kontribusi pencemaran sungai. Hal ini tentunya menjadi penting untuk dipikirkan, mengingat sungai masih menjadi sumber utama dari penyediaan air minum kota (Sumber: AUICK First 2007 Workshop, City Report: Surabaya, 2007). Selain itu, pengguna utama penyediaan air minum kota adalah penduduk atau rumah tangga, sehingga mereka jugalah yang akan merasakan dampak dari menurunnya kualitas air bersih akibat tingginya beban pencemaran sungai sebagai sumber pengambilan bahan baku pengolahan air (Sumber: AUICK First 2007 Workshop, City Report: Surabaya, 2007).


Kota Surabaya, sudah mempunyai rencana ke depan untuk pengelolaan limbah domestik ini, yaitu dengan tetap memanfaatkan tangki septik sebagai penampung dan pengolah limbah, kemudian efluennya akan dialirkan ke (IPAL/ IPLT/ Septage/ Night soil treatment plant). Selain itu, kebijakan-kebijakan pemerintah yang diberlakukan juga ditujukan untuk peningkatan pengelolaan air limbah domestik di masa yang akan datang. (AUICK First 2007 Workshop, City Report: Surabaya, 2007).

Namun tentunya bukan hal yang mudah untuk dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah dari aktivitas rumah tangga yang mereka hasilkan. Perlu waktu yang panjang dan usaha keras dari pemerintah maupun organisasi-organisasi lingkungan untuk mengubah paradigma yang berkembang di masyarakat, bahwa bukan hanya limbah industri, tetapi limbah domestik juga merupakan kontributor bagi pencemaran air sungai yang menjadi sumber dari air bersih mereka. 



*Artikel ini dimuat di Buletin PSL Ubaya ISSN 1410-8704 no. 22/ 2009

No comments:

Post a Comment